Minggu, 24 April 2011

Situs Inversus and Anatomi luar biasa lainnya


Pada kebanyakan orang, organ limpa, pankreas, colon sigmoid, dan sebagian besar bagian jantung ada di sebelah kiri, sedangkan appendix (umbai cacing), kantung empedu, dan sebagian besar liver / hepar ada di sebelah kanan. Susunan normal organ - organ visceral ini disebut situs solitus. Namun, sekitar 1 dari 8000 orang terlahir dengan abnormalitas yang disebut situs inversus, yakni posisi organ -organ di dalam rongga dada dan abdomen terbalik antara kanan dan kiri (yang normalnya berada di sebelah kanan menjadi di sebelah kiri dan sebaliknya). Jika hanya jantung saja yang mengalami kelainan ini (selective rightleft of the heart) maka disebut dextrocardia. Kelainan anatomis lainnya adalah situs perversus, yakni hanya satu organ yang posisinya tidak normal. Contohnya, ginjal berada rendah di rongga pelvis yang secara normal seharusnya berada di rongga abdomen.

Kondisi incomplete situs inversus seperti dextrocardia dapat berakibat pada masalah kesehatanyang serius. Sebaliknya, complete situs inversus biasanya tidak mengakibatkan masalah fungsional karena meskipun seluruh organ visceral terbalik (reversed) posisinya, organ - organ tersebut tetap menjaga hubungan fisiologis antar sesama organ visceral. Kondisi - kondisi semacam ini penting bahkan wajib diketahui sedini mungkin terutama untuk penegakan diagnosa kerja dari appendisitis, pelaksanaan operasi bedah kantung empedu, interpretasi (penilaian) foto X-ray, atau auscultasi katup jantung.

Sumber:
Saladin - Anatomy & Physiology - The Unity of Form and Function, 3rd edition dengan beberapa penyesuaian.

Sabtu, 23 April 2011

Behçet’s syndrome

Sebuah kondisi vaskulitis sistemik dengan manifestasi klinis di mata berupa panuveitis.Sindrom ini sering ditemukan di Jepang dan Turki. Etiologi penyakit ini masih belum diketahui. Distribusi geografis penyakit ini mengikuti pola jalan sutra (silk road). Kemungkinan ada hubungan dengan gen HLA-B51 untuk keterlubatan jaringan okular (mata). Meskipun pengobatan dilakukan, prognosis penyakit ini sangat buruk dengan progresi menuju kebutaan sekitar 4 tahun setelah onset penyakit.

Clinical presentation:
Kriteria Diagnostic adalah ulserasi di rongga mulut dan dua dari gejala di bawah ini:
  • Lesi di mata: anterior and posterior uveitis.
  • ulserasi genital berulang
  • lesi kulit: Erythema nodosum.
  • Pathergy test positif (+)
Sumber: K.Weng. Sehu & William R. Lee- Ophthalmic Pathology - An Illustrated Guide for Clinicians dengan sedikit penyesuaian.

Kamis, 21 April 2011

Fakta mengenai Degenerasi Otak

1. Hidup Men-Jomblo Sebabkan Degenerasi Otak

Hati-hati jika Anda kini di usia lanjut masih hidup melajang alias jomblo. Lantas benarkah hidup jomblo atau melajang bisa menyebabkan kepikunan? Hidup melajang hingga usia paruh baya tidak hanya membuat seseorang merasa kesepian, tapi ternyata juga meningkatkan risiko terkena demensia alias kepikunan. Kesimpulan tersebut didapat dari hasil penelitian tim peneliti dari Karolinska Institute, Swedia, yang dipimpin oleh Dr. Krister Hakansson, yang melibatkan 1,449 responden.

Dari hasil penelitian, terbukti rendahnya frekuensi interaksi social ataupun dalam berpasangan, maka dapat mempengaruhi usia kepikunan. Selain itu, ancaman kepikunan tiga kali lebih tinggi pada duda atau janda yang terus melajang hingga lanjut usia. Kepikunan juga melanda enam kali lipat berisiko terhadap janda muda yang tidak kunjung menikah, dibandingkan dengan yang sudah memiliki pasangan.

Demensia sendiri merupakan sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan penurunan kualitas kognitif dan fungsional sehingga memicu terjadinya gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. Demensia disebabkan oleh banyak hal seperti penyakit jantung, paru, ginjal, gangguan darah, infeksi gangguan nutrisi, berbagai jenis keracunan, stroke, infeksi, dan proses degenerasi otak. Sedangkan degenerasi otak yang paling ditakuti adalah demensia Alzheimer, yang mampu mematikan sel-sel otak sehingga mampu menurunkan daya ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku.

Seorang psikiater di salah satu rumah sakit di Jakarta, Dr Suryo Dharmono SpKJ, menyatakan gangguan perilaku yang sering ditemukan penderita demensia alzheimer, antara lain: perilaku agresif, seperti menjadi galak dan kasar, suka keluyuran tanpa tujuan, gelisah, mondar-mandir, senang menimbun barang, sering berteriak-teriak tengah malam, mengulang-ulang pertanyaan, kehilangan sopan santun, dan penderita tidak mau ditinggal sendirian.

Suryo menambahkan, untuk pencegahan penyakit demensia ini, terutama demensia Alzheimer, disarankan untuk memilih makanan yang baik untuk otak, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan tentunya aktif berolahraga. Selain itu, walaupun sudah menginjak usia paruh baya, tetap rajin menstimulasi fungsi kognitif otak, seperti memabaca, menulis, mengembangkan hobi, sering pergi ke tempat ramai untuk mengenali obyek baru, dan tetap bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini tentunya sebagai langkah preventif agar memperlambat penurunan kualitas otak.

2.      Otak Mengalami Penyusutan Volume Sejak Remaja

Penelitian yang dilakukan di Sekolah Tinggi Teknik Rhein-Westfalen-RWTH Aachen menunjukan, mulai usia 18 tahun, otak manusia sudah mengalami perubahan. Volume otak mulai berkurang pada usia remaja, yang yakni pada umur 18 tahun menurut undang-undang Jerman baru saja memasuki masa dewasa. Penelitian terhadap 51 relawan lelaki berusia antara 18 hingga 51 tahun menggunakan peralatan tomografi resonansi magnetik - MRT menunjukan fenomena tsb.



Para ilmuwan memang secara terarah hanya meneliti relawan lelaki. Karena diketahui terdapat perbedaan struktur otak pada lelaki dan perempuan. Pada monitor komputer terlihat citra otak para relawan. Tim peneliti yang dipimpin ahli saraf Prof.Katrin Amunts memiliki sasaran, dengan memilih relawan yang jenis kelaminnya sama, dapat diperbandingkan kondisi otak pada setiap tingkatan umur. Penelitian yang dilakukan Sekolah Tinggi Teknik RWTH Aachen bekerjasama dengan pusat riset ilmu pengetahuan Jülich, berhasil menemukan data terbaru yang menarik.



Prof Katrin Amunts menjelaskan: "Kami untuk pertama kali dapat menunjukan, bahwa otak pada usia relatif muda antara 18 hingga 51 tahun sudah mengalami perubahan. Selama ini kami mengetahui, otak manula berusia antara 60 hingga 80 tahun yang mengalami perubahan. Juga kami mengetahui volume wilayah tertentu dalam otak menyusut. Yang terbaru dalam penelitian sekarang, volume otak itu sejak usia muda sudah berubah." Dengan itu, para peneliti berhasil menemukan sebuah mata rantai yang masih hilang dalam penelitian otak.



Penyebabnya, walaupun sejauh ini sudah banyak pengetahuan mengenai proses degenerasi otak manusia, namun belum diketahui bagaimana  perkembangan otak pada remaja yang baru meningkat dewasa. Memang jumlah responden dalam penelitian itu tergolong relatif kecil. Akan tetapi hasil yang diperoleh sudah cukup signifikan untuk menutupi celah keilmuan di bidang penelitian otak manusia. Selama ini, penelitian penurunan fungsi otak lebih banyak difokuskan pada manusia berusia 60 ke atas.


Pakar ilmu saraf dari RWTH Aachen, Prof. Katrin Amunts menjelaskan lebih lanjut : "Kami tentu saja sudah mengetahui, bahwa otak mengalami pertumbuhan dan perubahan besar di masa kanak-kanak dan remaja. Akan tetapi rentang waktu antara umur 20 hingga 60 tahun, sejauh ini relatif jarang diteliti. Karena itu tidak banyak diketahui, apakah otak pada saat pertumbuhan juga mengalami perubahan. Kami dapat menunjukkan, terjadinya perubahan volume otak dalam ukuran milimeter kubik yang dimulai pada usia masih muda."


Kesimpulan penelitian, otak berkurang volumenya sejak usia 18 tahun. Terutama sejumlah wilayah dalam otak yang menunjukan dengan tegas penyusutan volume itu. Pakar fisika Peter Pieperhoff bahkan dapat mengukur dengan akurat, bahwa otak manusia menyusut volumenya sekitar 0,2 persen setiap tahunnya. Pieperhoff menjelaskan lebih lanjut; "Terlihat terutama kawasan otak kecil maupun kawasan yang disebut unsur putih yang mengalami penyusutan. Ini adalah kawasan yang penting bagi pengawasan gerakan khususnya gerak motorik halus. Jadi gerakan yang memerlukan pengendalian amat akurat."


Pertanyaan yang muncul adalah, berkaitan dengan penyusutan volume otak manusia sejak usia 18 itu, apakah kemampuannya juga terus menurun? Apakah berarti semua mahasiswa baru justru sedang memasuki masa penurunan fungsi berfikir?


Penyusutan volume otak, ternyata tidak berkaitan langsung dengan penurunan kemampuan kognitif maupun fungsi gerak motorik. Prof. Katrin Amunts menegaskan, penyusutan volume otak tidak otomatis berarti menurunnya kemampuan otak. Penjelasan yang paling logis adalah, otak semakin pintar sehingga tidak memerlukan jaringan otak sebanyak sebelumnya. Tapi semua aksioma itu tetap harus diteliti lagi, untuk membuktikan kebenarannya. 

Dengan penelitian terbaru, juga diharapkan dapat diperoleh pengetahuan baru menyangkut penyakit otak. Sasaran jangka panjang dari para peneliti otak di sekolah tinggi teknik Aachen dan pusat riset ilmu pengetahuan Jüllich adalah, dapat mendeteksi dini penyakit degenerasi otak seperti Parkinson dan Alzheimer. Sebab penyakit menurun drastisnya kemampuan berfikir dan fungsi otak itu, tidak muncul hanya dalam semalam. Sejauh ini diketahui, sebelum gejala Alzheimer muncul ke permukaan, terdapat fase yang berlangsung sekitar 10 tahun, yang menunjukan perubahan drastis di dalam otak penderita. Namun orang sekitarnya tidak dapat melihat perubahan ini, karena kemampuan maupun perilaku penderita relatif tidak berubah. Prof Katrin Amunts menjelaskan: "Jika kita berusaha mencari terapi yang manjur, tentu saja kita harus berusaha sedini mungkin mengenali penyakit ini pada pasien bersangkutan. Untuk pembandingnya juga harus diketahui, bagaimana proses penuaan yang normal."


Sumber: Deutsche Welle, Kabar Indonesia dg sedikit penyesuaian

Rabu, 20 April 2011

Human Pheromones


Penelitian menyebutkan bahwa kelenjar apokrin wanita dapat mempengaruhi masa siklus menstruasi wanita. Hal ini dapat memicu munculnya dormitory effect (wanita-wanita yang tinggal dan hidup bersama cenderung untuk mensinkronkan siklus menstruasi mereka).

Keberadaan wanita dapat menstimulasi jenggot pria untuk tumbuh lebih cepat dan keberadaan pria nampaknya mempengaruhi ovulasi wanita.

Bila wanita sedang dalam masa ovulasi atau mendekati masa tersebut, dan sedang dalam masa fertil, vagina akan mensekresikan feromon yang disebut copulin. Feromon ini diduga dapat meningkatkan tingkat testoteron pria.

Sumber: Saladin - Anatomy & Physiology - The Unity of Form and Function, 3rd ed (McGraw-Hill 2003)

Rabu, 06 April 2011

Dari Delegasi menjadi Ketua Pelaksana

ANTIBIOTIC (Annual Training for Better Islamic Health Knowledge and Applicattion), sebuah seminar nasional tahunan yang diselenggarakan oleh FULDFK (Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran) dan teknis pelaksanaannya diamanahkan kepada anggota FULDFK yang merupakan LDF (Lembaga Dakwah Kampus) dari universitas-universitas se-Indonesia. Setidaknya itulah pengertian tersingkat yang bisa saya jelaskan mengenai event terbesar mahasiswa muslim FK se-Indonesia ini. Jujur saja, saya sendiri belum genap satu tahun mengenal ANTIBIOTIC. Di sini saya akan bercerita sedikit tentang kronologis saya mengenal ANTIBIOTIC. Selamat mengikuti!

Sekitar pertengahan tahun lalu saat saya masih menjadi seorang staf departemen ITKOM LKI FK UB 2010, saya ditawari oleh sekdep (sekretaris departemen) ITKOM untuk ikut menyusun KTI (Karya Tulis Ilmiah) dengan beliau dan saya mengiyakannya. Beberapa hari kemudian beliau kembali menghubungi saya dan menawari saya untuk menjadi delegasi ANTIBIOTIC ke-6 di Padang dan saya pun juga menerima dengan kepolosan saya. Saat itu saya sendiri masih sangat awam tentang ANTIBIOTIC dan pemahaman saya tentang ANTIBIOTIC saat itu adalah sebuah lomba KTI yang disisipi dengan acara seminar. Asumsi ini saya dapat karena sebelumnya beliau menawari untuk bersama-sama menyusun KTI.

Alhasil, setelah beberapa minggu beliau tidak pernah melakukan koordinasi terkait KTI selain pembagian tugas, mungkin karena waktu itu saya masih kurang kompeten untuk menyusun sebuah KTI dan belum sekalipun menyumbangkan ide kepada beliau. Wa Allahu alam bish showwab! Namun, hal yang tak terduga sebelumnya malah mencuat. Beliau meminta saya untuk menandatangani proposal pengiriman delegasi ANTIBIOTIC ke-6 dari LKI FK UB dan meminta saya untuk mempelajari proposal undangan ANTIBIOTIC ke-6. Sejak saat itulah saya mulai mengenal ANTIBIOTIC. Hal lain yang tak kalah mengejutkan adalah delegasi yang dikirimkan hanya satu orang.

Setelah beberapa hari usaha melakukan perundingan dengan pihak dekanat, Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan dana bantuan untuk keberangkatan saya ke Padang meskipun masih terhitung setengahnya dari dana yang saya butuhkan. Karena alasan ini pula rencana pengiriman saya ke Padang sebagai delegasi ANTIBIOTIC ke-6 dari LKI FK UB hampir dibatalkan. Saya pribadi cukup ikhlas menerima mengingat dana yang saya butuhkan untuk berangkat tidak sedikit dan karena pada waktu itu saya sedang menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS). Namun, kekurangan dana tersebut akhirnya ditutup oleh dana sisa dari salah satu proker LKI.

Saya pun berangkat ke Padang. Ini adalah pengalaman pertama saya naik pesawat terbang dan tidak tanggung-tanggung, saya menumpangi 4 pesawat berbeda dalam perjalanan saya pulang-pergi menjalankan amanah menjadi delegasi ANTIBIOTIC ke-6. Saya berangkat dengan sebuah pesan dari sekdep ITKOM. Isi pesan tersebut kurang lebih adalah saya harus sebanyak dan sedetil mungkin mendapatkan info mengenai seluk-beluk ANTIBIOTIC ke-6, bahkan kalau memungkinkan saya ikutserta dalam syuro’ (rapat) evaluasi panitia resmi ANTIBIOTIC ke-6. Bagi saya pesan atau lebih tepatnya tugas tersebut adalah suatu timbal-balik yang harus saya berikan pada LKI FK UB karena saya diamanahi menjadi delegasi ANTIBIOTIC ke-6 tanpa dipungut biaya.

Beberapa bulan berselang setelah kepulangan saya dari Padang menghadiri rangkaian kegiatan ANTIBIOTIC ke-6. Ternyata saya mulai menyadari ada maksud tersembunyi dari pengiriman saya ke Padang sebagai delegasi ANTIBIOTIC ke-6. Saya selidiki ternyata pihak Pengurus Harian LKI kala itu sedang mempersiapkan seseorang yang dapat diamanahi tugas memegang amanah terbesar  LKI FK UB 2011, yaitu menjadi panitia penyelenggara ANTIBIOTIC ke-7. Saya benar-benar terkejut waktu itu meskipun saya mendapatkan info ini secara tidak langsung. Saya terkejut karena tak lain dan tak bukan seseorang yang dapat diamanahi tersebut adalah saya karena saya satu-satunya delegasi ANTIBIOTIC ke-6 dari LKI FK UB dan saya sendiri merasa belum siap mengemban amanah yang luar biasa berat ini.

Tak lama setelah maksud tersembunyi tersebut saya ketahui, terpilihlah ketua umum LKI FK UB yang baru. Dugaan pun menjadi keyataan, ketum LKI yang baru meminta saya untuk menjadi kadep (kepala departemen) IMED LKI FK UB sekaligus menjadi ketua pelaksana ANTIBIOTIC ke-7. Dengan beberapa pertimbangan dan petunjuk dari Allah Ta’ala, saya menerima permintaan ketum LKI meski masih ada sedikit keraguan untuk menggenggam amanah raksasa ini.

Itulah sekelumit kisah tentang alasan terpilihnya saya menjadi ketua pelaksana ANTIBIOTIC ke-7 di Malang, setidaknya dari sudut pandang saya sendiri.

Sebuah renungan:
Terkadang kita menganggap Allah jarang bahkan tidak pernah mengabulkan do’a kita. Padahal Allah selalu mengabulkan do’a kita hanya saja kita tak pernah menyadari bahwa do’a tersebut sudah terkabul karena bentuk pengabulan do’a oleh Allah terkadang tidak sepenuhnya sama dengan yang kita minta kepada-Nya.

Senin, 04 April 2011

Breaktrough: Sedikit Bukti Video Game Membawa Dampak Positif bagi Kesehatan

Postingan kali ini melanjutkan postingan pertama saya (Breaktrough: Sedikit Bukti Video Game Membawa Dampak Positif bagi Kesehatan) bahwa video game juga punya dampak negatif bagi kesehatan. berikut ini saya paparkan sedikit bukti ilmiah yang dapt memperkuat argumen saya tersebut.

Study: Surgeons who play video games more skilled

CHICAGO, Illinois (Reuters) -- Playing video games appears to help surgeons with skills that truly count: how well they operate using a precise technique, a study said Monday. There was a strong correlation between video game skills and a surgeon's capabilities performing laparoscopic surgery in the study published in the February issue of Archives of Surgery. Laparoscopy and related surgeries involve manipulating instruments through a small incision or body opening where the surgeon's movements are guided by watching a television screen. Video game skills translated into higher scores on a day-and-half-long surgical skills test, and the correlation was much higher than the surgeon's length of training or prior experience in laparoscopic surgery, the study said.
Out of 33 surgeons from Beth Israel Medical Center in New York that participated in the study, the nine doctors who had at some point played video games at least three hours per week made 37 percent fewer errors, performed 27 percent faster, and scored 42 percent better in the test of surgical skills than the 15 surgeons who had never played video games before.

"It was surprising that past commercial video game play was such a strong predictor of advanced surgical skills," said Iowa State University psychology professor Douglas Gentile, one of the study's authors. It supports previous research that video games can improve "fine motor skills, eye-hand coordination, visual attention, depth perception and computer competency," the study said.
"Video games may be a practical teaching tool to help train surgeons," senior author Dr. James Rosser of Beth Israel said. While surgeons may benefit from playing video games, the study did not give parents a pass if their children play the games for hours on end. A 2004 survey by Gentile found 94 percent of adolescents play video games for an average of nine hours a week. Game-playing has been linked to aggressiveness, poor school grades and can become a substitute for exercise.
"Parents should not see this study as beneficial if their child is playing video games for over an hour a day," Gentile said. "Spending that much time playing video games is not going to help their child's chances of getting into medical school."


Mata Kurang Awas? Segera Main Game!
By Muhammad Firman
VIVAnews - Keuntungan bermain game ternyata dapat dirasakan oleh pilot pesawat tempur hingga orang yang menderita amblyopia, atau mereka yang salah satu indra matanya tidak sebaik mata lainnya. Dari penelitian, kemampuan visual bisa ditingkatkan dengan memainkan game tertentu.
Dari penelitian, ternyata game yang baru-baru ini dirilis yakni Call of Duty: BlackOps dan Halo: Reach lolos persyaratan sebagai game yang sangat bermanfaat untuk mata.
“Game penuh aksi dapat meningkatkan kemampuan visual, khususnya perhatian terhadap obyek tertentu yang dapat membantuk seseorang untuk gokus terhadap informasi visual terkait,” kata Bjorn Hubert-Wallander, seorang peneliti WIREs Cognitive Science, seperti dikutip dari Bright Side of News, 22 November 2010.
Perhatian visual, kata Wallander, sangat penting untuk mencegah kelebihan beban sensor, karena otak terus menerus dihadapkan dengan informasi visual secara berlebihan.
Sebenarnya manusia sudah memiliki kemampuan untuk mengabaikan input yang tidak relevan. Contohnya informasi pemandangan saat mengemudikan kendaraan, atau wajah-wajah yang tak dikenal saat mata melakukan pencarian terhadap teman di sekumpulan orang banyak.
“Perhatian visual merupakan mekanisme yang memungkinkan orang memilih informasi visual yang relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak dibutuhkan,” kata Wallander. “Meningkatkan kemampuan ini dapat bermanfaat di bidang pelatihan militer, pendidikan, dan beberapa hal lain terkait masalah visual,” ucapnya.
Pada penelitian, ilmuwan mengumpulkan sekelompok relawan untuk melakukan hal-hal terkait perhatian visual. Hasilnya, para relawan yang merupakan gamer selalu berhasil menjalankan tugasnya secara lebih baik dibanding mereka yang tidak bermain game.
Meski demikian, tidak semua video game bisa bermanfaat. Hanya game yang membutuhkan respon cepat terhadap informasi visual di saat penggunanya harus membagi perhatian lah yang mampu meningkatkan perhatian visual.
“Game yang cepat dan penuh aksi sangat berpotensi untuk meningkatkan kemampuan partisipan,” kata Wallander. “Game-game ini mengharuskan pemainnya membidik dan menembak secara akurat di layar sambil terus menerus melacak musuh lain pada objek yang bergerak cepat,” ucapnya.
Sebelumnya, penelitian serupa juga membuktikan bahwa memainkan game first person shooter seperti Unreal Tournament 2004 dan Call of Duty 2 lebih bermanfaat untuk mata dibandingkan dengan The Sims 2.

Sedikit pemaparan saya di atas setidaknya dapat memberikan sedikit bukti ilmiah bahwa tak selamanya video game "hanya" membawa dampak negatif. Tetap berpikiran terbuka dan jangan selalu menilai buku hanya dari sampulnya.