Sebagian besar orang tua yang kolot berpendapat bahwa video game dapat ‘membodohkan” anak-anak mereka, menjadikan anak tak berprestasi, dan menjadikan masa depan anak suram. Bahkan ada yang berpendapat bahwa video game dapat menjadikan otak anak-anak menjadi busuk. Terserah anda setuju atau tidak dengan argumen-argumen tersebut, tetapi saya termasuk orang yang tidak setuju dengan pendapat tersebut (karena saya adalah seorang gamer, :p).
Gamer adalah julukan bagi orang-orang yang hobi bermain video game. Video game sendiri adalah salah satu sarana untuk menyalurkan kreatifitas, pikiran, dan perasaan seseorang, sama halnya dengan hobi-hobi lainnya. Video game juga bisa disebut sebagai bagian dari tren dan gaya hidup anak muda masa kini.
Saya di sini hanya akan membahas video game sebagai sebuah hobi dan membandingkannya dengan hobi-hobi lainnya, misalnya:
- Hobi membaca yang terbukti dapat mencerdaskan kehidupan bangsa
- Hobi menulis cerpen atau di buku harian (diary) seperti yang biasa dimiliki oleh remaja putri untuk mencurahkan pikiran dan perasaannya sehingga pikiran lebih ringan dan perasaan menjadi lebih tenang
- Hobi mengoleksi perangko yang butuh ketelatenan dan keuletan extra
- Hobi berolahraga yang sangat dianjurkan bagi semua orang yang ingin sehat karena dapat menyehatkan badan dan pikiran pun menjadi lebih rileks
- Hobi kesenian, seperti menari, menyanyi, melukis, main piano, main biola dsb yang dapat memicu pertumbuhan kreatifitas dan pikiran lebih tenang.
Hobi-hobi yang telah saya sebutkan di atas adalah hobi yang menurut orang tua cocok untuk menjadi hobi anak-anak mereka karena telah diakui oleh masyarakat luas memiliki dampak positif bagi perkembangan anak. Berbeda dengan hobi bermain video game yang menurut para orang tua kolot dan orang-orang skeptis hanya akan merusak mental anak, menjadikan anak lupa waktu dan banyak lagi dampak-dampak negatif yang “dituduhkan” pada video game. Menurut saya, ini adalah sebuah diskriminasi yang terang-terangan dilakukan oleh mereka yang “anti-video game” karena bermain video game adalah sebuah hobi dan selayaknya mendapat tempat yang sama di masyarakat sebanding dengan hobi-hobi lainnya.
Insya Allah, pendapat saya berikut ini dapat menengahi dan dapat merubah “mind set” orang tua kolot dan orang-orang skeptis yang selama ini melakukan deskriminasi terhadap video game.
- Bermain video game dapat mencerdaskan kehidupan bangsa karena dari video game kita dapat mengenal sejarah bangsa-bangsa di dunia, belajar bahasa asing, belajar berusaha keras dan menghilangkan sifat putus asa dan juga karena kita harus rajin membaca saat bermain video game
- Video game dapat dijadikan sebagai sarana mencurahkan pikiran dan perasaan yang sedang bergejolak agar lebih rileks sama halnya dengan hobi menulis dan kesenian (menari, menyanyi, melukis, main piano, main biola dsb)
- Bermain video game butuh keuletan dan ketelatenan yang tinggi sekaligus mendidik untuk tidak mudah menyerah dalam menggapai suatu impian karena banyak tantangan yang harus dihadapi untuk dapat mencapai kepuasan tertinggi dalam bermain video game sama dengan hobi mengoleksi perangko
- Bermain video game juga dapat menyehatkan pikiran, jiwa, dan raga (poin ini akan saya bahas lebih lanjut di artikel berbeda) seperti berolahraga.
Saya rasa masih banyak dampak positif dari bermain video game yang belum saya cantumkan pada artikel ini, namun tak dapat dipungkiri video game juga punya dampak negatif bagi para pencintanya. Jadi apapun pendapat anda, bersikaplah dengan bijak dalam setiap kata yang anda utarakan dan pada setiap tindakan yang anda laksanakan. Jangan pernah menilai buku hanya dari sampulnya.
Yang terpenting adalah jangan pernah melakukan sesuatu secara berlebihan karena segala sesuatu yang berlebihan dapat membawa kepada kemudharatan. Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar